Minggu, 16 Agustus 2009
di
11.35
|
Oleh YUNI IKAWATI
Open Source Software dikembangkan di Indonesia dengan beragam tujuan. Termasuk juga untuk membuka akses bagi penyandang tunanetra. Karya inovasi ini diperagakan pada Ritech Expo 2009 yang berakhir Senin (10/8), bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Keterbatasan, bahkan ketiadaan indera penglihatan, kini memang bukan masalah lagi dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berupa sistem komputer dan telepon serta layanan multi multimedia yang disuguhkan.
Hal itu dimungkinkan karena ada sistem peranti lunak antarmuka atau interface dan sistem sensor yang memungkinkan penyandang tunanetra memanfaatkan kemampuan indera pendengaran dan perabaannya untuk berkomunikasi dengan komputer.
Karya inovasi di bidang TIK yang terkait dengan sistem interaktif manusia-komputer itu ditampilkan Yayasan Mitra Netra, IGOS (Indonesia Go Open Source), dan ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) pada Ritech Expo 2009 di Plaza Barat Gelora Bung Karno.
Di Yayasan Mitra Netra, dua remaja tengah asyik di depan layar komputer. Di kepala mereka terpasang headphone yang menutup kedua telinga mereka. Rupanya mereka tengah memperagakan game atau permainan pingpong bagi tunanetra yang disebut A-Pong.
Permainan pingpong penyandang tunanetra melawan komputer dimungkinkan lewat panduan suara dari headphone. Bila bola mengarah ke kiri, bunyi "tak" akan terdengar di headphone di telinga kiri dan sebaliknya. "Sedangkan bila mengarah ke tengah meja, kedua headphone akan berbunyi," ujar Hananta Mahendra dari Yayasan Mitra Netra.
Kemenangan bagi pemain bergantung pada kemahiran atau kecepatan jari memencet tombol yang sesuai untuk mengarahkan bola pingpong. Jalannya permainan itu juga ditampilkan pada layar komputer.
Game online untuk tunanetra itu berbasis peranti lunak open source. Ditambahkan Kemal Prihatman, Asisten Deputi Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT), game online permainan pingpong atau tenis meja yang disebut A-Pong ini merupakan yang pertama di dunia didesain untuk tunanetra berbasis open source.
Game A-Pong dikembangkan oleh komunitas yang bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), antara lain para mahasiswa dari ITB yang tergabung dalam Sangkuriang Studio, yang mendapat dukungan dari KNRT, dalam pengembangan sistem operasinya. A-pong merupakan turunan dari Nusantara Online yang telah dibuat kelompok itu sebelumnya. Peranti lunak ini dapat diakses melalui intranet dan internet secara gratis.
Nusantara Online dirancang oleh peneliti di Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer ITB. Karya mereka ditampilkan pada Stan IGOS. Nusantara Online dibangun di atas mesin bernama Angel (Another Game Engine Library) menggunakan program opensource. Kemampuan Angel setara dengan mesin game kelas tinggi dan mampu menciptakan obyek tiga dimensi dengan tampilan yang nyata.
Pembaca teks
Di Kampus Ganesha ini juga dikembangkan teknologi pembaca teks petunjuk operasi dan dokumen di layar komputer atau disebut screen reader yang akan menuntun penyandang tunanetra mencapai akses informasi dan komunikasi yang luas.
Inovasi yang disebut openbook ini membantu penyandang tunanetra membuka akses ke internet, bahkan berkomunikasi dan berinteraksi dengan pengguna internet melalui jejaring sosial global, antara lain Facebook.
Menurut Abimanyu dari Yayasan Mitra Netra, program pembaca teks telah mulai dikembangkan di Amerika Serikat tahun 1970-an, tetapi baru masuk ke Indonesia tahun 1990-an, yaitu versi JAWS yang kini telah sampai versi 9. Saat ini aplikasi screen reader bagi tunanetra antara lain dihasilkan Ubuntu berbasis OSS, yang disebut Orca.
Baru belakangan ada upaya mengindonesiakan panduan dan pembacaan teksnya. Untuk itu, Ario Bimo, peneliti dari ITB, memodifikasi JAWS versi 7.10. Pada prototipe ini teks yang dipindai kemudian dikonversikan oleh openbook, kemudian komputer akan membacanya kata per kata secara otomatis. Untuk itu sebelumnya telah dimasukkan ke dalam komputer perbendaharaan kata dari kamus hingga 10 miliar kata.
"Game" interaktif
Pengembangan game interaktif juga dilakukan mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro ITS, Hendra Hermawan, di bawah bimbingan Harris Pirngadi, Ketua Laboratorium Sensor dan Aktuator ITS. Untuk menghasilkan simulator game interaktif atau game Tekken, mereka menerapkan sensor atau transduser ultrasonik untuk pengendali PlayStation dan limit switch.
Sensor ultrasonik untuk mendeteksi gerak reaksi pengguna game. Adapun sensor limit switch yang diletakkan pada setiap pergelangan tangan dan kaki digunakan sebagai deteksi gerakan memukul dan menendang. Menurut Harris, game ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk penyandang tunanetra berbasis opensource.
Open Source Software dikembangkan di Indonesia dengan beragam tujuan. Termasuk juga untuk membuka akses bagi penyandang tunanetra. Karya inovasi ini diperagakan pada Ritech Expo 2009 yang berakhir Senin (10/8), bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Keterbatasan, bahkan ketiadaan indera penglihatan, kini memang bukan masalah lagi dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berupa sistem komputer dan telepon serta layanan multi multimedia yang disuguhkan.
Hal itu dimungkinkan karena ada sistem peranti lunak antarmuka atau interface dan sistem sensor yang memungkinkan penyandang tunanetra memanfaatkan kemampuan indera pendengaran dan perabaannya untuk berkomunikasi dengan komputer.
Karya inovasi di bidang TIK yang terkait dengan sistem interaktif manusia-komputer itu ditampilkan Yayasan Mitra Netra, IGOS (Indonesia Go Open Source), dan ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) pada Ritech Expo 2009 di Plaza Barat Gelora Bung Karno.
Di Yayasan Mitra Netra, dua remaja tengah asyik di depan layar komputer. Di kepala mereka terpasang headphone yang menutup kedua telinga mereka. Rupanya mereka tengah memperagakan game atau permainan pingpong bagi tunanetra yang disebut A-Pong.
Permainan pingpong penyandang tunanetra melawan komputer dimungkinkan lewat panduan suara dari headphone. Bila bola mengarah ke kiri, bunyi "tak" akan terdengar di headphone di telinga kiri dan sebaliknya. "Sedangkan bila mengarah ke tengah meja, kedua headphone akan berbunyi," ujar Hananta Mahendra dari Yayasan Mitra Netra.
Kemenangan bagi pemain bergantung pada kemahiran atau kecepatan jari memencet tombol yang sesuai untuk mengarahkan bola pingpong. Jalannya permainan itu juga ditampilkan pada layar komputer.
Game online untuk tunanetra itu berbasis peranti lunak open source. Ditambahkan Kemal Prihatman, Asisten Deputi Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT), game online permainan pingpong atau tenis meja yang disebut A-Pong ini merupakan yang pertama di dunia didesain untuk tunanetra berbasis open source.
Game A-Pong dikembangkan oleh komunitas yang bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), antara lain para mahasiswa dari ITB yang tergabung dalam Sangkuriang Studio, yang mendapat dukungan dari KNRT, dalam pengembangan sistem operasinya. A-pong merupakan turunan dari Nusantara Online yang telah dibuat kelompok itu sebelumnya. Peranti lunak ini dapat diakses melalui intranet dan internet secara gratis.
Nusantara Online dirancang oleh peneliti di Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer ITB. Karya mereka ditampilkan pada Stan IGOS. Nusantara Online dibangun di atas mesin bernama Angel (Another Game Engine Library) menggunakan program opensource. Kemampuan Angel setara dengan mesin game kelas tinggi dan mampu menciptakan obyek tiga dimensi dengan tampilan yang nyata.
Pembaca teks
Di Kampus Ganesha ini juga dikembangkan teknologi pembaca teks petunjuk operasi dan dokumen di layar komputer atau disebut screen reader yang akan menuntun penyandang tunanetra mencapai akses informasi dan komunikasi yang luas.
Inovasi yang disebut openbook ini membantu penyandang tunanetra membuka akses ke internet, bahkan berkomunikasi dan berinteraksi dengan pengguna internet melalui jejaring sosial global, antara lain Facebook.
Menurut Abimanyu dari Yayasan Mitra Netra, program pembaca teks telah mulai dikembangkan di Amerika Serikat tahun 1970-an, tetapi baru masuk ke Indonesia tahun 1990-an, yaitu versi JAWS yang kini telah sampai versi 9. Saat ini aplikasi screen reader bagi tunanetra antara lain dihasilkan Ubuntu berbasis OSS, yang disebut Orca.
Baru belakangan ada upaya mengindonesiakan panduan dan pembacaan teksnya. Untuk itu, Ario Bimo, peneliti dari ITB, memodifikasi JAWS versi 7.10. Pada prototipe ini teks yang dipindai kemudian dikonversikan oleh openbook, kemudian komputer akan membacanya kata per kata secara otomatis. Untuk itu sebelumnya telah dimasukkan ke dalam komputer perbendaharaan kata dari kamus hingga 10 miliar kata.
"Game" interaktif
Pengembangan game interaktif juga dilakukan mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro ITS, Hendra Hermawan, di bawah bimbingan Harris Pirngadi, Ketua Laboratorium Sensor dan Aktuator ITS. Untuk menghasilkan simulator game interaktif atau game Tekken, mereka menerapkan sensor atau transduser ultrasonik untuk pengendali PlayStation dan limit switch.
Sensor ultrasonik untuk mendeteksi gerak reaksi pengguna game. Adapun sensor limit switch yang diletakkan pada setiap pergelangan tangan dan kaki digunakan sebagai deteksi gerakan memukul dan menendang. Menurut Harris, game ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk penyandang tunanetra berbasis opensource.
sumber: kompas.com
Diposting oleh
ditho's wEb siTe
Label:
ILmu Komputer,
Informasi,
Informasi Teknologi
0 komentar:
Posting Komentar